
serangan udara Amerika Serikat dan Israel, Iran menegaskan akan tetap melanjutkan pengayaan uranium sesuai dengan ketentuan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik, Majid Takht Ravanchi, Senin (23/6/2025), seperti dikutip kantor berita Tasnim.
“Tak seorang pun bisa mengatur kami apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan, selama kami bertindak sesuai kewajiban kami dalam traktat tersebut,” ujar Ravanchi dalam wawancara dengan stasiun televisi nasional Jerman, Das Erste dikutip dari Antara.
Penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Ali Shamkhani, menyatakan bahwa meskipun situs nuklir Iran mengalami kerusakan, pengayaan uranium akan tetap dilanjutkan.
“Bahkan jika situs nuklir dihancurkan, permainan belum berakhir,” tulisnya di X (dulu Twitter) pada Minggu (22/6/2025).
Shamkhani menekankan bahwa material yang diperkaya dan tekad politik Iran tetap ada. Ia menambahkan bahwa Iran akan bertindak secara strategis dan menghindari balasan yang gegabah.
“Kejutan akan terus berlanjut!”, imbuhnya.
Apakah Nuklir Iran Bersifat Militer?
Iran membantah keras tuduhan bahwa program nuklirnya memiliki tujuan militer. Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyatakan pada 18 Juni bahwa badan pengawas nuklir internasional belum menemukan bukti konkret bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir.
Dukungan terhadap klaim ini juga datang dari komunitas intelijen Amerika Serikat. CNN melaporkan bahwa lembaga-lembaga intelijen AS, meskipun berbeda pandangan dengan Presiden Trump dan Israel, tidak meyakini bahwa Iran sedang aktif membuat senjata nuklir.
Perwakilan tetap Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menuntut agar fasilitas nuklir Israel segera ditempatkan di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Minggu (22/6/2025), Iravani menyatakan bahwa Dewan Keamanan harus bertindak berdasarkan Bab 7 Piagam PBB untuk memperbaiki ketimpangan tersebut.
Pada hari yang sama, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan bahwa ia siap melakukan perjalanan ke Iran guna membantu memastikan penggunaan damai teknologi nuklir dan memperluas kehadiran IAEA jika diizinkan.
Menurut NBC News (19/6/2025), yang mengutip data dari Federasi Ilmuwan Amerika dan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, Israel diperkirakan memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir.
Namun, karena sikap ambigu Israel mengenai program nuklirnya, sulit untuk memastikan angka dan kemampuan pastinya.
“Mereka (Israel) sengaja merahasiakan kemampuan nuklirnya dan itu bagian dari kebijakan yang mereka ikuti,” kata John Erath dari Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi.
Leave a Reply