Ibadah ini sangat dianjurkan bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji (tidak wukuf di Arafah).
Puasa Arafah merupakan salah satu amalan istimewa menjelang Idul Adha dan memiliki berbagai keutamaan. Nabi Muhammad SAW menganjurkan puasa ini bagi umat Muslim sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.
Puasa Arafah Hanya untuk yang Tidak Berhaji
Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA:
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ الأَنْصَارِىِّ رَضِىَ الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ … صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Dari Abū Qatādah bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: (Puasa hari Arafah itu) menghapus dosa-dosa satu tahun lalu dan satu tahun yang akan datang. (HR Jemaah kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi).
Bacaan Niat Puasa Arafah
Niat menjadi syarat utama sahnya puasa. Niat dapat dibaca mulai malam hari hingga sebelum fajar. Berikut lafal niatnya:
Nawaitu shouma arofata sunnatan lillaahi ta’aala
Artinya: “Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Meski niat boleh dalam hati, melafalkannya dianjurkan sebagai bentuk kesungguhan dalam beribadah.
Tata Cara Puasa Arafah
Pelaksanaan Puasa Arafah pada dasarnya sama dengan puasa sunnah lainnya. Berikut tata cara lengkapnya:
Membaca niat sebelum fajar. Niat bisa dilakukan setelah sahur atau sejak malam sebelumnya.
Melaksanakan sahur. Disunnahkan untuk sahur, meski hanya dengan air putih, karena memiliki nilai pahala dan menjaga stamina.
Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum, hubungan suami istri, dan lainnya, sejak fajar hingga matahari terbenam.
Segera berbuka saat waktu Magrib. Disunnahkan untuk berbuka tepat waktu sesuai sunnah Nabi.
Leave a Reply