SUMO777 – Harga Kopi Sumatera Utara Meningkat, Tren Coffee Shop Jadi Alasannya

admin Avatar
Ilustrasi kopi sumatera di pameran World of Coffee Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Lihat Foto

green bean) asal Sumatera Utara saat ini menyentuh Rp 150.000 per kilogram. Harga jualnya meningkat selama lima tahun belakangan.

“Kalau dulu, harga green bean masih di kisaran Rp 80.000-Rp 100.000 per kilogram. Sekarang rata-rata dijual Rp 120.000-Rp 150.000 per kilogram, tergantung kualitasnya,” kata pemilik Lopo Mandheling Coffee, Riki Wijayadi saat ditemui Kompas.com di World of Coffee Jakarta di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025).

Green bean adalah biji kopi mentah yang sudah melewati proses pengeringan dan pengupasan dari kulitnya. Seperti namanya, green bean berwarna kehijauan.

Dalam kondisi ini, biji kopi mentah sudah siap disangrai (roasting) dengan level light roast, medium roast, dark roast, dan extra dark roast untuk mendapatkan warna, aroma, dan rasa sesuai keinginan.

Riki menuturkan, green bean merupakan kondisi paling ideal untuk menjual biji kopi ekspor ke banyak negara.

Sebab, harga kopi bisa merosot bila dijual dalam bentuk ceri merah alias tanpa melewati proses apa pun. 

“Saat ini, semua kopi kami jenisnya arabika. Hampir tidak dijual di lokal, 90 persen produksinya dijual ke luar negeri (ekspor),” jelas Riki.

Selain aktif sebagai pemilik kedai kopi, Riki juga menekuni bisnis ekspor kopi Sumatera Utara lewat petani kopi perorangan di Kabupaten Mandailing, Sumatera Utara.

Mengapa harga kopi Sumatera meningkat?

Ilustrasi kopi sumatera, kopi samosir, di pameran World of Coffee Jakarta, Kamis (15/5/2025).Kompas.com/Krisda Tiofani Ilustrasi kopi sumatera, kopi samosir, di pameran World of Coffee Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Riki menyebut beberapa alasan di balik tingginya harga kopi sumatera. Salah satunya, permintaan kopi yang meningkat, baik di dalam maupun luar negeri.

Permintaan kopi global yang terus meningkat dipicu oleh rendahnya produksi kopi dari negara penghasil komoditas ini. 

Misalnya yang terjadi pada Kolombia selama beberapa tahun belakangan. Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, krisis iklim yang terjadi di Kolombia berdampak pada tingginya permintaan kopi ekspor di Indonesia.

“Banyak yang gagal panen, gagal produksi kopi di Kolombia. Petani di Indonesia juga sebenarnya sempat mengalami gagal panen karena krisis iklim ini,” kata Riki.

“Akhirnya, permintaan kopi global beralih ke Indonesia. Kita punya banyak kopi specialty selain dari Sumatera, ada Bali, Toraja, dan sebagainya,” tambah dia.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)